Wednesday, December 22, 2004

22 desember

menjelang kematianku seseorang menangis
kayu pasunganku basah melapuk
dia kira aku terluka
padahal aku sudah lupa cara merasa
aku disentuhnya
tidak mungkin aku moksa
tapi jemarinya seperti angin pun tidak
tubuhku melepuh
dia inginkan dosaku terhapus
seperti jejak terhanyut hujan
aku bilang percuma
dia merintihkan namaku
nama kecilku
sudahlah, ampuni aku saja
lihat siapa yang menungguku di pintu
jangan menangis lagi,
Ibu

1 comment:

Unknown said...

Gile bu.. berat kali puisi2 loe.. heheheh..
Eh, kalo ada waktu visit multiply gue yak: martinmanurung.multiply.com

Cheers!
Martin