kuncup rinduku mekar
mendengarmu tertawa
semak sesalku sesak
melihatmu berair mata
akulah warna nila
ketika malam merapuhkan
stola jingga peredam pucat
saat Januari mengasingkan
maka pada satu pagi lembut
hangat melipat sekujur ragu
berharap tak sekedar maya
matahariku,
engkaukah itu?
No comments:
Post a Comment